Agama Buddha di India
- Masa Kekuasaan Raja Asoka
Raja Asoka di kensl sebagai pribadi
yang santun, ia berhati lembut, ramah kepada rakyatnya, dan berbakti, setia
pada agamanya agam yang di anutnya dan sangat mengasihi rakyatnya. Walaupun
begitu, beliau terpaksa berperang demi ketentraman di Deccan dan menaklukan
kerajaan Kalinga (Teluk Bengala). Setelah Raja Asoka mendengarbahwa dalam
peperangan tersebut sekitar 100.000 orang Kalinga meninggal dan 150.000
ditawan, beliau sangat sedih dan bersumpah tidak akan mengangkat senjata lagi
terhadap siapa pun untuk selamanya. Semakin lama semakin nampak keinginannya
untuk mengikuti ajaran Buddha dan menjalankan segala ajaran Buddha dalam
kehidupan sehari-hari serta dalam pemerintahan. Ajaran Buddha pada masa itu
mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas Titah Raja Asoka, sekitar
48.000 buah Thupa (Stupa) didirikan. Yang penting dalam sejarah pemerintahan
Raja Asoka dan yang membuat namanya terkenal sampai sekarang adalah
tulisan-tulisan (Prasasti) yang di pahat pada dingding-dingding dan tiang-tiang
batu (zuilen).
Masuknya Raja Asoka dalam Ajaran
Budha
Raja Asoka dengan resmi telah mengikuti ajaran
Buddha, akan tetapi rakyat pada umumnya masih setia kepada ajaran Hindu, yang
sudah berakar teguh dalam masyarakat sejak zaman purba. Para Brahmana masih
memberikan pengaruh yang besar kepada rakyat dalam keadaan demikian, Raja Asoka
mengeluarkan amanat supaya di antara agama-agama dan aliran-aliran haruslah ada
ikatan persaudaraan dan perdamaian, setiap agama bebas melakukan kebaktian dan
mendapatkan perlindungan yang sama dari raja.
Kemunduran Agama Buddha di India
Buddha mengalami kemunduran, baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pada abad ketujuh Masehi,
kemerosatan tersebut semakin meluas di India, antara lain disebabkan oleh
serangan bangsa Hun Putih dari utara yang banyak menghancurkan pusat-pusat
peribadatan agama Buddha. Usaha kemunduran tersebut juga ada, seperti yang
dilakukan kaisar Harsya, namun kemunduran itu nampakya sudah tidak bisa di
cegah lagi. Dapat diketahui bahwa jumlah Vihara semakin berkurang.
Agama Buddha di Tiongkok
Tidak ada yang mengetahui pasti
kapan Agama Buddha masuk di tiongkok, namun dapat diperkirakan masuk pada abad 1 M, tapi menurut
tradisi ajaran Buddha di tiongkok di bawah oleh Bikkhu pada masa kerajaan
Asoka. Ajaran Buddha sangat diterima pada masa dinasti Thang, karena dinasti
ini sangat terbuka dan mau menerima kebudayaan-kebudayaan dari luar. Akan
tetapi pada akhir masa dinasti Thang pengaruh dari luar dianggap membawa hal
yang negative sehingga pengaruh dari luar pun dilarang termasuk agama Buddha
dan kebudayaannya, hal ini dilakukann utnuk mendukung agama Toisme sebagai
agama pribumi. Akan tetapi ada beberapa aliran agama Buddha yang tetap dapat
bertahan di Tiongkok antara lain :
1. Aliran Chan
atau Dhyana :Aliran ini didirikan oleh Boddhirma, aliran ini sangat radikal
terhadap kitab suci dan aliran ini bertujuan untuk memurnikan kembali ajaran
agama Buddha sepeti dahulu, di jepang aliran ini dikenal dengan aliran Zen
Buddhisme.
2. Aliran
Vinaya :Didirikan oleh Too Hsuan, aliran ini lebih menekankan pada pelaksanaan
vinaya secara ketat.
3. Aliran
Ching-tu atau Tanah Putih :Aliran ini lebih menekankan kepada kitab Amithayadhana,
menurut aliran ini dengan sering menyebut Amida atau Amitabha akan dapat
menghilangkan kesedihan, lepas dari samsara dan mencapi surga. Ajaran aliran
ini sangat sederhana sehingga dapat berkembang luas di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar