Senin, 11 Juni 2012

Resume_Tripitaka, Catur Arya Satyani & Hukum Karma

Tripitaka
Tripiaka (bahasa Pali: Tipiaka; bahasa Sanskerta: Tripiaka) merupakan istilah yang digunakan oleh berbagai sekte Buddhis untuk menggambarkan berbagai naskah kanon mereka. Sesuai dengan makna istilah tersebut, Tripiaka pada mulanya mengandung tiga "keranjang" akan berbagai pengajaran: Sūtra Piaka (Sanskrit; Pali: Sutta Pitaka), Vinaya Piaka (Sanskrit & Pali) dan Abhidharma Piaka (Sanskrit; Pali: Abhidhamma Piaka). 
Kitab Suci Vinaya Vitaka
Kitab ini berisi peraturan tata tertib yang wajib dilaksanakan oleh para Bikkhu  yang juga berisi tentang kehidupan Sang Budha, di antaranya adalah :
1.      Sutra Vibanga : berisi peraturan-peraturan yang mencakup delapan jenis                   pelanggaran, diantaranya terdapat empat jenis pelanggaran yang dapat menyebabkan seorang Bikhu atau Bikhuni dikeluarkan dari Kitab Sangha
2.       Khandaka       : memuat peraturan dan uraian yang berkenaan dengan upacara penahbisan Bikhu, antara lain berisi peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran dan tata tertib penerimaan seorang Bikhu dan sebagainya.
3.       Parivara          : memuat ringkasan dan pengelompokkan peraturan vinaya yang disusun dalam bentuk Tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
Adapun pembagian Vinaya Pitaka ialah:
1.      Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni, terdiri dari Bhikkhu Vibhanga - berisi 227 peraturan yang mencakup 8 jenis pelanggaran.
2.       Bhikkhuni Vibhanga - berisi peraturan-peraturan yang serupa bagi para Bhikkhuni, hanya jumlahnya lebih banyak.
Kitab Khandhaka terbagi atas:
1.       Kitab Mahavagga - berisi peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara pentahbisan Bhikkhu; upacara uposatha pada saat bulan purnama dan bulan baru di mana dibacakan Patimokha (peraturan disiplin bagi para Bhikkhu); peraturan tentang tempat tinggal selama musim hujan (vassa); upacara pada akhir vassa (pavarana); peraturan-peraturan mengenai jubah, peralatan, obat-obatan dan makanan; pemberian jubah Kathina setiap tahun; peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu yang sakit; peraturan tentang tidur; peraturan tentang bahan jubah; tata cara melaksanakan Sanghakamma (upacara Sangha); dan tata cara dalam hal terjadi perpecahan.
2.       Kitab Culavagga - berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran; tata cara penerimaan kembali seorang Bhikkhu ke dalam Sangha setelah melakukan pembersihan atas pelanggarannya; tata cara untuk menangani masalah-masalah yang timbul; berbagai peraturan yang mengatur cara mandi, pengenaan jubah, menggunakan tempat tinggal, peralatan, tempat bermalam dan sebagainya; mengenai perpecahan kelompok-kelompok Bhikkhu; kewajiban-kewajiban guru (acariya) dan calon Bhikkhu (samanera); pengucilan dari upacara pembacaan Patimokkha; pentahbisan dan bimbingan bagi Bhikkhuni; kisah mengenai Pasamuan Agung Pertama di Rajagaha; dan kisah mengenai Pasamuan Agung Kedua di Vesali.
3.       Kitab Parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
Kitab suci suta pitaka
Sutta Pitaka terdiri dari wacana yang disampaikan oleh Buddha sendiri di berbagai kesempatan. Ada juga beberapa wacana disampaikan oleh beberapa murid-Nya yang dibedakan, seperti
·         Yang Mulia Sariputta
·          Ananda
·          Mogallana, dll
termasuk yang di dalamnya ini  khotbah yang terkandung di dalamnya yang telah diuraikan sesuai dengan kesempatan yang berbeda dan temperamen dari berbagai orang yang berbeda pula. Mungkin  tampaknya ada  pernyataan yang kontradiktif, tetapi mereka tidak menyalahartikan karena  diucapkan oleh Sang Buddha untuk memenuhi tujuan tertentu).

Sutta Pitaka terdiri atas lima “kumpulan” (nikaya) atau buku, yaitu:
1.       Digha Nikaya
2.       Majjhima Nikaya
3.       Anguttara Nikaya
4.       Samyutta Nikaya
5.       Khuddaka Nikaya : kitab ini kemudian di bagi lagi menjadi 15 buku.
Abhidhamma pitaka
Abidhamma Pitaka berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti:
1.        ilmu jiwa
2.       logika, etika
3.        metafisika.
(Para Abidhamma adalah bagian yang paling penting dan menarik, karena mengandung filosofi yang  mendalam mengenai ajaran Sang Buddha dan sederhana dalam pembahasan mengenai Sutta Pitaka.

Kitab ini terdiri atas tujuh jilid buku, yaitu:
1.       Dhammasangani :Menguraikan etika dari sudut pandang ilmu jiwa.
2.       Vibhanga: Menguraikan apa yang terdapat dalam buku dhammasangani dengan metode yang berbeda
3.       Dhatukatha/Katha Vatthu:Terutama bicarakan mengenai unsure-unsur batin. Buku ini terbagi menjadi empat belas bagian.
4.       Puggalapannatti :Menguraikan mengenai jenis-jenis watak manusia (punggala), yang dikelompokkan menurut urutan bernomor, dari kelompok satu sampai dengan sepuluh, sepuluh, seperti system dalam Kitab Angguttara Nikaya.
5.       Kathayattthu :Terdiri atas dua puluh tiga bab yang merupakan kumpulan (percakapan-percakapan Katha) dan sanggahan terhadap pandangan-pandangan salah yang dikemukakan oleh berbagai sekte tentang hal-hal yang berhubungan teologi dan metafisika.
6.       Yamaka:Terbagi menjadi sepuluh bab (yang disebut Yamaka): Mula, Khandha, Ayatana, Dhatu, Sacca, Sankhara, Anusaya, Citta, Dhamma, dan Indriya.
7.       Patthana:Menerangkan mengenai “sebab-sebab” yang berkenaan dengan dua puluh empat Paccaya (hubungan-hubungan antara bathin dan jasmani)

Catur Arya Satyani (Cattari Ariya Saccani)
Diartikan sebagai empat kesunyataan Suci. Dalam khotbah-Nya yang pertama di Taman Rusa Isipatana yang terkenal dengan nama Dhamma Cakkappavattana Sutta (Khotbah Pemutaran Roda Dhamma), Sang Buddha Gotama telah mengajarkan secara singkat Empat Kesunyataan Suci (Cattari Ariya Saccani), yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma, Empat Kesunyataan Suci tersebut ialah:
Maka dari itu, dukkha disini mempunyai tiga pengertian, yaitu:
·         Dukkha yang nyata, yang benar-benar dirasakan sebagai derita tubuh atau derita bathin, seperti sakit, susah hati (dukkha-dukkha).
·          Semua perasaan senang dan bahagia berdasarkan sifat tidak kekal, yang didalamnya terkandung benih-benih dukkha (viparinama dukkha).
·         Sifat tertekan dari semua sankhara (bentuk/keadaan yang bersyarat) yang selalu muncul dan lenyap, seperti pancakkhandha (lima kelompok kehidupan) atau nama rupa (sankharadukkha).


Hukum karma
Hukum karma ialah salah satu ajaran yang penting dalam agama budha. Hukum karma merupakan ajaran yang amat dalam dan rumit, maka untuk itu dibutuhkan suatu uraian yang rinci untuk memahamiya.
Terdapat lima hukum untuk mengetahui cara kerja hukum universal:
·         Utu Niyama
·         Bija Niyama
·         Kamma Niyama
·         Citta Niyama
·         Damma Niyama

1 komentar:

Translate